
AirAsia Ride, layanan ride-hailing atau transportasi online dari Malaysia, akan diluncurkan untuk Indonesia dalam waktu dekat. Layanan transportasi online yang satu grup dengan maskapai Malaysia AirAsia itu akan mulai beroperasi di Indonesia mulai November mendatang.
Manajemen AirAsia SuperApps Indonesia menjelaskan bahwa pulau Bali dipilih pada November untuk membuka pintu pasar transportasi di Indonesia. AirAsia Superapps mengatakan saat ini sedang mengembangkan layanan AirAsia Ride pada aplikasinya.
“Saat ini kami sedang dalam tahap pengembangan layanan ride AirAsia yang rencananya akan diluncurkan di Bali pada November mendatang,” kata manajemen dalam keterangan tertulis, Senin (19/9/2022).
Manajemen juga menyebutkan bahwa saat ini AirAsia Ride berencana untuk hanya membuka layanan taksi online dan bukan layanan ojek online. Manajemen mengatakan, “Kami akan membuka layanan transportasi online roda empat.”
Sebagai pendatang baru, AirAsia Ride diharapkan mampu menggoyahkan dominasi Grab dan Gojek di pasar transportasi online. Seberapa besar peluangnya?
Tak pelak lagi, banyak penyedia layanan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, menurut pengawas transportasi Darmaningtyus. Dengan cara ini masyarakat bisa mendapatkan pilihan terbaik, meminimalkan potensi pangsa pasar.
Saat dihubungi, Darmaningtys mengatakan, “Munculnya AirAsia memastikan bagi konsumen, semakin banyak pilihan, semakin baik.”
Ia sendiri cukup yakin AirAsia Ride akan mampu bertahan dan bersaing di pasar transportasi online di Indonesia. Apalagi dengan nama dan pengalaman AirAsia sebagai salah satu maskapai terkemuka di Asia Tenggara.
Menurutnya, pengalaman dan nama besar AirAsia sebagai maskapai penerbangan dapat dimanfaatkan oleh AirAsia untuk memberikan layanan yang membedakan dengan para pesaingnya. “Meski di industri penerbangan, AA (AirAsia) memiliki pengalaman panjang dalam melayani pelanggan,” kata Darmaningyas.
Selain itu, Darmaningtyas mengatakan AirAsia Ride kabarnya akan mengakomodir pengemudi sebagai karyawan. Jadi bukan tidak mungkin, pengemudi taksi online yang ada akan beralih ke AirAsia. Merupakan nilai tambah untuk mendapatkan sumber daya terbaik untuk perjalanan AirAsia dan akhirnya bersaing dengan pesaing Anda di Indonesia.
“Dari apa yang saya dengar, AirAsia akan mempekerjakan pengemudi sebagai karyawan, bukan mitra. Jika benar, mereka staf pengemudi, banyak pengemudi Gojek dan Grab akan pindah ke AA, sehingga Gojek dan Grab mengguncang pasar,” kata Darmingtyas.
”Sebetulnya lebih baik karena akan mendorong persaingan yang sehat dan bermanfaat bagi pengemudi dan masyarakat,” ujarnya.
Bahkan, AirAsia Ride sebenarnya telah menerapkan sistem kerja bagi para pengemudinya sebagai karyawan perusahaan. Nanti driver juga akan mendapatkan gaji bulanan. Ini sudah terjadi di Malaysia.
Namun saat ditanya apakah akan berlaku di Indonesia atau tidak, manajemen AirAsia SuperApps tidak memberikan jawaban yang jelas.
Mereka hanya mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan visi jangka panjang dalam membangun basis driver internal mereka. AirAsia Superapps mengatakan akan menyesuaikan kebijakan sesuai dengan kondisi pasar yang berlaku dan peraturan pemerintah di Indonesia.
“Tentu kami juga memiliki visi jangka panjang untuk membangun basis driver internal. Dalam prosesnya, kami masih harus menyesuaikan dengan kondisi pasar lokal dan peraturan pemerintah yang berlaku untuk rencana dan model bisnis,” kata manajemen. Diberi tahu.
Yang jelas, pihak manajemen mengatakan pihaknya nantinya akan membuka segala kemungkinan terkait kondisi kerja para pengemudi di Indonesia. Bukan tidak mungkin skema pekerja seperti Malaysia juga bisa diterapkan.
“Selain itu, kami juga tidak menutup kemungkinan kolaborasi atau peluang lain untuk memenuhi kebutuhan berbagai pemangku kepentingan di ekosistem operasi Airsea Ride, termasuk pengemudi dan pelanggan,” tutup manajemen.
Dari sisi penguasaan pasar, langkah AirAsia untuk melepas Grab-Gojek akan cukup sulit, menurut ekonom Bhima Yudhishthira dari Center of Economic and Law Studies (Celios). Selain itu, yang diperjuangkan AirAsia adalah ekosistem aplikasi yang sangat lengkap dan kokoh.
“Pasar ride-hailing sebenarnya cukup jenuh ya, persaingannya sangat ketat. Sepertinya sulit merebut pangsa pasar dari pemain yang lebih tua. Kemudian ekosistem pemain transportasi online yang ada juga lengkap, termasuk e-commerce , Distribusi makanan terlibat, untuk e-wallet dan Paylater,” kata Bima.
Bhima mengatakan jika AirAsia ingin mempertahankan dominasinya di pasar dan menggoyahkan dominasi Gojek-Grab dalam waktu singkat, maka harus siap mengeluarkan banyak modal untuk promosi.
“Dari awal, kehadiran transportasi online adalah cara untuk membakar uang, bersaing dengan menawarkan promo dan diskon besar-besaran. Apakah Air Asia menginginkan hal yang sama? Jika hanya tumbuh secara organik, tampaknya sangat sulit untuk memenangkan pangsa pasar, ” kata Bima.
Sementara itu, ekonom Yusuf Randy Manilet dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan hal yang sama. Ada kebutuhan untuk membakar uang untuk publisitas massal untuk menarik perhatian orang.
“Tentunya sebagai bagian dari pengenalan aplikasi AirAsia, mereka harus memberikan promo-promo menarik bagi calon pelanggan barunya agar nantinya pelanggan dapat mengetahui tentang aplikasi AirAsia ini,” kata Randy.
Randy kemudian menyarankan agar AirAsia Ride melakukan promo sebagai bundling layanan. Bali fokus pariwisata, kebetulan pulau Bali juga menjadi pilihan pertama AirAsia untuk membuka layanannya. Misalnya, promo penjemputan di bandara dipasangkan dengan tiket pesawat.
“Aplikasi ini juga bisa terkoneksi dengan transportasi udara dari AirAsia itu sendiri, jadi saya membayangkan AirAsia bisa menjual semacam paket dari Ride Pickup, misalnya di bandara, yang bisa digabungkan dengan tiket pengguna dari Pesawat AirAsia sendiri ditambah,” kata Randy.
Menurutnya, pengguna wahana AirAsia di pulau Bali akan relatif besar. Mengingat hal tersebut, proses pembukaan kembali sektor pariwisata unggulan sedang berlangsung saat ini.
“Perjalanan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan relatif besar, sehingga ruang pasar ini dapat dimanfaatkan oleh aplikasi ride AirAsia,” kata Randy.
Senada dengan Randy, Darmaningtius mengatakan pilihan AirAsia terhadap Bali sebagai pintu gerbang pasar transportasi online sangat pas. Ia mengatakan, Bali merupakan kota besar yang tidak memiliki fasilitas transportasi umum yang memadai. AirAsia Ride diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan layanan yang mudah diakses dan terjangkau.
“Bali punya Trans Sarabagita, tapi kurang diminati masyarakat. Meski turis banyak, mereka butuh layanan transportasi yang mudah dijangkau dan terjangkau, AirAsia harus menjawab itu,” katanya.
Langkah AirAsia Ride untuk menggoyahkan dominasi Gojek dan Grab di bisnis ride-hailing di Indonesia akan sulit. Menurut ekonom Bhima Yudhishthira dari Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios), pasar transportasi online di Indonesia terlalu ketat dan jenuh untuk bersaing.
Bheem mengatakan memang sangat sulit bagi AirAsia untuk bersaing dengan Gojek dan Grab. Selain itu, ekosistem kedua aplikasi ini sudah sangat lengkap dan kokoh. Satu-satunya cara untuk bersaing adalah menghabiskan uang dengan memberikan promo dan diskon besar-besaran.
“Sejak awal kemunculan transportasi online, cara bersaingnya juga bakar uang, berikan promo dan diskon besar-besaran. Kalau hanya tumbuh secara organik, rasanya sulit merebut pangsa pasar dari pemain lama, ” kata Bima.
”AirAsia harus mengikuti pola kompetisi yang sama jika ingin bertahan, bakar lebih banyak lagi alias promo batang besar,” katanya.
Hal senada dikatakan Pengamat Transportasi Darmaningtys. Menurutnya, AirAsia Ride sudah mengetahuinya dan sedang mempertimbangkan jika ingin memasuki pasar ride-hailing di Indonesia harus siap dengan promo joran.
Murah, aman dan cepat menjadi kebutuhan utama konsumen. Darmaningtyas mengatakan, poin pertama akan menjadi fokus konsumen di Indonesia dalam memilih AirAsia sebagai moda transportasi online mereka.
“Jadi mereka sudah tahu apa yang diinginkan konsumen yaitu tarif murah, keamanan dan kecepatan waktu. Tentu ketiga hal ini akan dimainkan AA untuk merebut pangsa pasar Gojek dan Grab yang memang relatif mapan, ” kata Darmningtias.
AirAsia Ride berencana memasuki pasar ride-hailing di Indonesia mulai November mendatang. Rencananya mereka akan membuka operasi pertamanya di pulau Bali.