
Di bawah kepemimpinan Elon Musk, Twitter telah diberi kesempatan untuk menemukan aliran pendapatan baru untuk meningkatkan lapangan kerjanya. Salah satu cara untuk menjual adalah beralih ke sesuatu seperti PayPal.
Musk disebut-sebut tertarik menjadikan Twitter sebagai platform pembayaran yang bisa bersaing dengan Apple Pay dan PayPal, kata detikINET dikutip 9to5Mac Rabu (2/1/2023).
Rencana itu telah berlaku sejak November 2022, setelah itu anggota Musk berencana untuk menyetujui kesepakatan tersebut, yang mereka ungkapkan dalam pertemuan dengan pengiklan Twitter Spaces.
Pada saat itu, Musk membayangkan pengguna Twitter dapat mengirim uang ke pengguna Twitter lainnya, mirip dengan yang ditawarkan PayPal. Sayangnya, belum banyak informasi mengenai rencana Musk sejak saat itu.
Namun baru-baru ini, menurut laporan Financial Times, Twitter disebut mulai mengelola kerabat untuk menjadi platform pembayaran di Amerika Serikat. Kemudian Esther Crawford, direktur manajemen produk Twitter, mengatakan bahwa mereka sudah mulai membangun infrastruktur untuk layanan tersebut.
Musk juga dikatakan mengubah Twitter menjadi aplikasi serba guna, termasuk menawarkan layanan fintech seperti transaksi peer-to-peer, tabungan rekening, dan kartu debit.
Musk sebenarnya bukan orang baru pagi itu, setelah menjadi salah satu pendiri X.com pada tahun 1999, salah satu bank online pertama yang kemudian menjadi bagian dari PayPal.
Mata uang yang didukung oleh Twitter untuk platform pembayaran masih tampak sebagai mata uang “tradisional”. Namun, Twitter mungkin tidak dapat mendukung mata uang kripto.
Pendiri Twitter: Elon Musk Bukan Orang Yang Tepat Untuk Menjadi Bos
Elon Musk disebut bukan orang yang tepat untuk memiliki Twitter. Hal tersebut diungkapkan oleh Biz Stone, salah satu co-founder Twitter.
Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, Stone mengatakan bahwa perubahan positif yang dia bawa ke Twitter selama beberapa tahun terakhir telah diremehkan oleh Musk.
Stone ikut mendirikan Twitter pada tahun 2006 bersama tiga orang lainnya, yaitu Jack Dorsey, Noah Glass, dan Evan Williams. Dia meninggalkan Twitter pada 2011 tetapi kembali pada 2017 atas permintaan mantan CEO Jack Dorsey.
Menurut Stone, Twitter telah mengalami peningkatan serius selama empat tahun terakhir, termasuk dalam hal moral karyawan dan pemantauan konten. Menurutnya, pertumbuhan itu telah hilang di bawah kepemimpinan Musk.
“Kami telah melakukan banyak perbaikan di area tersebut. Dan sekarang semuanya hilang,” kata Stone, seperti dikutip The Guardian, Minggu (29/01/2023).
Memang, moderasi dan moderasi konten telah menjadi semacam perombakan oleh Musk sejak dia membeli Twitter pada Oktober 2022. CEO Tesla berjanji untuk membentuk Dewan Moderasi Konten yang akan mengawasi keseluruhan kebijakan terkait pemulihan konten dan akun, tetapi kemudian mundur.
Musk bergabung dengan ribuan pekerja Twitter hanya beberapa hari setelah membeli perusahaan media sosial Mem-PHK senilai $44 miliar. Staf yang bertugas mengawasi moderasi konten global serta ujaran kebencian terkait entitas juga akan terpengaruh.
Stone mengakui bahwa menjalankan bisnis media sosial bukanlah “menang-menang” karena sangat sulit bagi semua orang. Menurutnya, keputusan pimpinan perusahaan media sosial akan membuat sebagian orang senang dan sebagian lagi tidak senang.
“Anda harus baik-baik saja dengan hal-hal yang tidak Anda sukai atau setujui. Jika tidak, Anda harus membeli majalah atau koran atau sesuatu yang tampaknya tidak memiliki tren tertentu ” dia berkata.
Ketika ditanya apakah Musk adalah orang yang tepat untuk menjadi pemilik Twitter, Stone menjawab, “Sekarang tidak berfungsi, tapi saya bisa saja salah,” katanya.